Sabtu, 19 Desember 2009

Pelajaran tajwid

ARTIKEL PELAJARAN TAJWID DAN MAKRAJ HURUF

Hukum nun sukun (نْ) dan tanwin (ً ) terbagi 4, yaitu :
1. Al Idgham
2. Al Izhar
3. Al Iqlab
4. Al Ikhfa’
Berikut ini penjelasannya :
1. Al Idgham
Artinya : Memasukkan, maksudnya memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu.
Al Idgham terbagi 2, yaitu :
· Bi Ghunnah
· Bila Ghunnah
- Bi Ghunnah
Artinya : mendengung
Maksudnya : dimasukkan ke huruf yang lain dengan mendengung
Huruf-hurufnya adalah : Yaa’ (ي), nun (ن), mim (م) dan wau (و)
Bila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu dari huruf-huruf tersebut, maka disebut idgham bi ghunnah
Cara membacanya : dengan dimasukkan kesalah satu huruf di atas, kemudian didengungkan sepanjang 2 harakat.
Contoh :
· مَنْ يَقُوْلُ : mayy yaquuwlu, disini nun sukun (نْ) bertemu dengan huruf yaa’ (ي)
· مِهَادًا وَالْجِبَالَ : mihaadaww waljibaala, disini fathah tanwin (دً) bertemu dengan huruf wau (و)


- Bila Ghunnah
Artinya : dimasukkan ke huruf yang lain tanpa didengungkan.
Huruf-hurufnya adalah : lam (ل) dan raa’ (ر)
Bila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf di atas, maka disebut idgham bila ghunnah.
Cara membacanya : dimasukkan ke huruf-huruf di atas, dengan tanpa mendengung.
Contoh :
· مِنْ رَبِّكَ : mirr rabbika, disini nun sukun (نْ) bertemu dengan huruf raa’ (ر)
· خَيْرٌ لَكُمْ : khoyrullakum, disini dhommah tanwin (رٌ) bertemu dengan huruf lam (ل)
·
2. Al Izhar
Artinya : Menampakkan, menjelaskan
Maksudnya adalah cara membacanya harus jelas, tidak samar-samar, tidak mendengung, tetapi jelas pengucapan nun sukun atau tanwin pada huruf izharnya.
Huruf-huruf al izhar adalah : hamzah (ء), ha (ه), ‘ain (ع), ghain (غ), kha’ (ح), dan kho’ (خ)
Bila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf-huruf tersebut maka namanya adalah al izhar.
Cara membacanya adalah : harus jelas nun sukunnya atau tanwinnya, sebagaimana jelasnya huruf-huruf izharnya.
Contoh :
· مَنْ ءَامَنَ : man aamana, disini nun sukun (نْ) bertemu huruf hamzah (ء)
· يَنْهَوْنَ : yanhauwna, disini nun sukun (نْ) bertemu huruf ha (ه)
· مِنْ هَاد : min haad, disini nun sukun (نْ) bertemu huruf ha (ه)


3. Al Iqlab
Artinya : Dibalik
Maksudnya adalah cara membacanya dibalik (dirubah dari nun sukun atau tanwin ke mim)
Huruf al iqlab adalah : ba (ب)
Bila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf ba (ب) maka namanya adalah al iqlab.
Cara membacanya adalah : harus dirubah menjadi mim, tetapi karena asalnya adalah nun dan tanwin maka cara menyebut huruf mim tidak sepenuhnya bibir tertutup rapat, tetapi bibir sedikit terbuka (perlu praktek).
Contoh :
مِنْ بَعْدِ : mim ba’di, disini nun sukun (نْ) bertemu dengan huruf ba (ب)

4. Al Ikhfa’
Artinya : Disembunyikan, atau samar-samar
Maksudnya adalah cara membacanya harus samar-samar, antara nun sukun atau tanwin, dengan huruf-huruf ikhfa’.
Huruf-huruf ikhfa’ adalah sebagai berikut : ta (ت), tsa (ث), jim (ج), dal (د), dzal (ذ), jay (ز), sin (س), sya (ش), shod (ص), dhod (ض), tho (ط), dho (ظ), fa (ف), qof (ق), kaf (ك)
Adalah semua huruf-huruf hijaiyah, selain huruf-huruf idghom, izhar, dan iqlab.
Bila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf al ikhfa’, maka cara membacanya adalah, harus disamar-samarkan di bibir. Samar-samar antara nun sukun atau tanwin dengan huruf-huruf ikhfa’ tersebut.
Contoh :
· مِنْ تَحْتِهَا : disini nun sukun (نْ) bertemu dengan huruf ta (ت)
· مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ : disini nun sukun (نْ) bertemu dengan huruf sya (ش)
· مِنْ دَآبَّة : disini nun sukun (نْ) bertemu dengan huruf dal (د)
· وَمِنْ ذُرِّيَةِ : disini nun sukun (نْ) bertemu dengan huruf dzal (ذ)
Huruf-huruf Mufakham (dibaca tebal) seperti : shod (ص), dhod (ض), tho (ط), dho (ظ), dan qaf (ق), dibaca ikhfa’ dengan tebal seperti ketika membaca huruf tebal tersebut, sedang huruf-huruf ikhfa’ lainnya dibaca ikhfa’ tipis seperti ketika menyebut huruf-huruf tersebut.
Lama ikhfa’ adalah 2 harakat.


TEMPAT KELUAR HURUF DAN SIFATNYA
Pada artikel sebelumnya penulis menjanjikan akan memberikan latihan / murajaah, dikarenakan materi panduan praktis tajwid telah tuntas. Namun, karena ada satu hal yang penulis lupa dan ini sangat penting, ketika kita membaca Al Qur’an yaitu Tempat keluarnya Huruf dan Sifatnya.
Kenapa sangat penting ?
Karena pengucapan huruf dalam membaca Al Qur’an sangat sensitif, bila kita salah mengucapkannya maka akan merubah arti dari ayat Al Qur’an yang kita baca.
Contoh :
Dalam surat Al Fatihah, ayat ke-2 :
· الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الْعَالَمِينَ : dibaca alkhamdulillaahirabbil ‘aalamiiyn
· Namun bagaimana karena ketidaktahuan, kita membacanya dengan : alkhamdulillahirabbil aalamiyyn? Perhatikan perbedaan pada huruf yang digaris dibawahi.
· Keduanya terlihat mirip, namun mempunyai arti yang jauh berbeda
o الْعَالَمِينَ : ‘aalamiiyn-seluruh Alam (menggunakan huruf ‘ain(ع))
o الْالَمِينَ : aalamiiyn-sakit (bila dibaca menggunakan huruf hamzah(أ))
Oleh karenanya insyaAllah secara berseri kedepan setiap Kamis dan Ahad, penulis akan menyajikan materi : Tempat Keluarnya Huruf dan Sifatnya, sebagai berikut :
1. Tempat Keluarnya Huruf, secara global terdapat lima tempat :
· Rongga Mulut (اَلْجَوْفُ)
· Tenggorokan (الْحَلْقُ)
· Lidah (اللِّسَانُ)
· Rongga Hidung (الْخَيْشُوْمُ)
· Dua Bibir (الشَّفَتَانِ)
2. Sifat-sifat Huruf, terbagi menjadi dua :
· Sifat yang memiliki lawan kata
· Sifat yang tidak memiliki lawan kata



1- Al Jaufu – الْجَوْفُؤ , yang keluar dari rongga mulut, adalah huruf-huruf (ا – و – ي)
Contoh : نُوْحِيْهَا
· نُوْ - nuuw, Pengucapannya dengan memonyongkan dua bibir
· حِيْ - khiiy, Pengucapannya dengan menurunkan dua bibir bagian bawah
· هَا - haa, Pengucapannya dengan membuka mulut
2- Al Khalqu – الْحَلْقُ, yang keluar dari tenggorokan adalah huruf-huruf (ء – ه – ع – غ – ح – خ)
Penjelasannya :
· ء – ه , keluar dari tenggorokan bawah.
o Perhatikan gambar dibawah ini, dimana posisi lidah ketika mengucapkan huruf tersebut
o Makhraj (tempat keluarnya huruf) ء
·
o Makhraj (tempat keluarnya huruf) ه
· ع – ح , keluar dari tenggorokan tengah.
o Perhatikan gambar dibawah ini, dimana posisi lidah ketika mengucapkan huruf tersebut
o Makhraj (tempat keluarnya huruf) ع
·
o Makhraj (tempat keluarnya huruf) ح
· خ – غ , keluar dari tenggorokan atas.
o Perhatikan gambar dibawah ini, dimana posisi lidah ketika mengucapkan huruf tersebut
o Makhraj (tempat keluarnya huruf) غ
·
o Makhraj (tempat keluarnya huruf) خ




Pada materi sebelumnya telah dibahas Makhraj (tempat keluarnya huruf) dari rongga mulut (اَلْخَوْفُ) dan tenggorokan (اَلْحَلْقُ).
3- Al Lisaan – اللِّسَانُ, huruf-huruf yang keluar dari lidah sebagai berikut :
ت – ث – ج - د – ذ – ر – ز – س – ش – ص – ض – ط – ظ – ل – ن - ي
(ada 15 huruf)
ق keluar dari pangkal lidah (dekat tenggorokan) dengan mengangkatnya ke atas langit-langit.
Perhatikan pada gambar :
Makhraj ق
ك seperti makhraj qof namun pangkal lidah diturunkan.
Perhatikan pada gambar :
Makhraj ك
ج – ش – ي keluar dari tengah lidah bertemu dengan langit-langit.
Perhatkan pada gambar :
Makhraj ي
Makhraj ش
Makhraj ج
ض keluar dari dua sisi lidah atau salah satunya bertemu dengan gigi graham.
Perhatikan pada gambar :
Makhraj ض
ل keluarnya dengan menggerakkan semua lidah dan bertemu dengan ujung langit-langit.
Perhatikan pada gambar :
Makhraj ل tipis
Makhraj ل tebal
ن keluarnya dari ujung lidah di bawah makhraj lam.
Perhatikan pada gambar :
Makhraj ن
ر keluarnya dari ujung lidah hampir sama seperti nun dengan memasukkan punggung lidah.


Perhatikan pada gambar :
Makhraj ر
ط – د – ت keluar dari ujung lidah yang bertemu dengan gusi bagian atas.
Perhatikan pada gambar :
Makhraj ت
Makhraj د
Makhraj ط
ص – س – ز keluar dari ujung lidah yang hampir bertemu gigi depan bagian bawah.
Perhatikan pada gambar :
Makhraj ز
Makhraj س
Makhraj ص
ظ – ذ – ث ujung lidah keluar sedikit bertemu dengan ujung gigi depan bagian atas.
Perhatikan pada gambar :
Makhraj ث
Makhraj ذ
Makhraj ظ
4- Asy Syafataan – الشَّفَتَانِ, huruf-huruf yang keluar dari bibir sebagai berikut :
ب – ف – م - و
(Ada 4 huruf)
ف keluar dari bagian dalam yang bertemu dengan ujung gigi atas.
Perhatikan pada gambar :
Makhraj ف
ب – م – و keluar dari dua bibir.
Perhatikan pada gambar :
Makhraj و
Makhraj م
Makhraj ب
5- Al Khoysyuum – الْخَيْشُوْمُ, yang keluar dari rongga hidung hanya satu yaitu ghunnah (bunyi huruf dengan mendengung karena mim sukun, nun sukun atau tanwin) penjelasan hukum ghunnah disini dan disini.




MATERI SUSULAN /ISTIDRAK
Pertama
Al Qur’an Surat Ar Rum ayat ke-54 :
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
Pada kata ضَعْفٍ (yang digaris bawah), dalam ayat tersebut disebut sebanyak tiga kali. Kata ضَعْفٍ boleh dibaca dengan fathah atau dhammah pada huruf dhodnya (ض).
Sehingga bisa dibaca ضَعْفٍ atau ضُعْفٍ.
Kedua
Al Qur’an Surat Hud ayat ke-4 :
وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا ۚ إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Pada kata مَجْرَاهَا (yang digaris bawah), cara membacanya dengan imalah yaitu huruf Ra’ yang berharakat fathah (مَجْرَاهَا) dibaca dengan bunyi E (Majreeha), sebagaimana bila menyebut kata tape.
Ketiga
Al Qur’an Surat Al Hujurat ayat ke-11 :
بِئْسَ اْﻹسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ
Pada kata اْﻹسْمُ (yang digaris bawah), cara membacanya dengan menaqal, yaitu memindahkan tanda harakat hamzah yang kasrah ke huruf lam, yang sebelumnya berharakat sukun. Bacanya اْﻹسْمُ adalah lismu bukan al ismu
Sehingga :
· بِئْسَ اْﻹسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ : dibaca bi’salismul fusuuqu ba’dal iyyman
Keempat
Terdapat lima saktah dalam Al Qur’an, saktah yaitu yang dibaca dengan berhenti tanpa nafas. Adalah :
1. عِوَجًا ۜ قَيِّمًا terdapat dalam surat Al Kahfi ayat ke -1 dan 2.
2.مَرْقَدِنَا ۜ ۗ هَٰذَا terdapat dalam surat Yaseen ayat ke-52.
3. مَنْ ۜ رَاقٍ terdapat dalam surat Al Qiyamah ayat ke-27.
4. بَلْ ۜ رَانَ terdapat dalam surat Al Muthaffiffin ayat ke-14.
5. مَالِيَهْ ۜهَلَكَ terdapat dalam surat Al Haaqqah ayat ke-28 dan 29.
Perhatikan pada masing-masing contoh diatas, terdapat huruf sin (س) sebagai pemisah dua kata tersebut. Sin merupakan singkatan dari سكتة – saktah.
Cara membacanya yaitu, berhenti di tanda saktah tanpa nafas dan melanjutkan membaca kata setelahnya. Sehingga :
· عِوَجًا ۜ قَيِّمًا : dibaca …‘iwajaa (berhenti tanpa nafas) qayyima…
· مَرْقَدِنَا ۜ ۗ هَٰذَا : dibaca … marqadinaa (berhenti tanpa nafas) haadzaa…
· مَنْ ۜ رَاقٍ : dibaca …man (berhenti tanpa nafas) raaq
· بَلْ ۜ رَانَ : dibaca bal (berhenti tanpa nafas) raa na
· مَالِيَهْ ۜهَلَكَ : dibaca maaliyah (berhenti tanpa nafas) halaka…
Kelima
Behenti pada Mad atau Mad yang setelahnya tidak ada huruf lagi maka cara membacanya dibaca panjang hanya 2 harakat.
Contoh :
· قَوْﻻً شَدِيدًا : dibaca qaulan (ikhfa’) tsyadiiydaa (panjang 2 harakat)
· مُوْسَى : dibaca muusaa (panjang 2 harakat)




HUKUM RA
Hukum Ra (ر) secara garis besar terbagi ke dalam 5 (lima) keadaan :
1. Ra’ tipis
2. Ra’ tebal
3. Ra’ yang bisa dibaca tebal dan tipis, tetapi diutamakan dibaca tebal
4. Ra’ yang bisa dibaca tebal dan tipis, tetapi diutamakan dibaca tipis
Ra’ yang berharakat kasrah mutlak dibaca tipis, sebagaimana Ra’ berharakat dhammah dan fathah mutlak dibaca tebal, hal ini disebabkan karena tanda kasrah adalah identik dengan tipis, sebagaimana tanda dhammah dan fathah identik dengan tebal, namun yang kemudian dipermasalahkan adalah apabila Ra’ berharakat sukun, apakah dibaca tebal atau dibaca tipis?
I. Ra’ dibaca tipis.
Syarat-syarat Ra’ dibaca tipis, adalah :
1. Ra’ berharakat kasrah, harus dibaca tipis.
2. Ra’ berharakat sukun yang didahului oleh huruf berharakat kasrah dan bersambungan dalam satu kata.
Contoh :
· مِرْفَقًا
· فِرْعَوْنَ
· وَاصْبِرلِحُكْمِ رَبِّكَ
· مِرْيَةٍ
· شِرْذِمَةٌ
3. Ra’ berharakat sukun yang didahului oleh Yaa’ berharakat sukun.
Contoh :
· خَيْرَ
· قََدِيْرٌ
· لاَضَيْرَ
4. Ra’ berharakat sukun yang didahului oleh huruf sukun (adalah huruf-huruf selain huruf isti’la : خ ص ض ط ظ غ ق ) dan huruf-huruf sukun tersebut sebelumnya terdapat huruf yang berharakat kasrah.
Contoh :
· السِّحْرٌ : Huruf sukun ha’ (ح) bertemu dengan Ra’
· الشِعْرٌ : Huruf sukun ‘ain (ع) bertemu dengan Ra’
II. Ra’ dibaca tebal.
Syarat-syarat Ra’ dibaca tebal, adalah :
1. Ra’ berharakat sukun yang berada sebelum huruf isti’la (خ ص ض ط ظ غ ق)
Contoh :
· فِرْقَةٌ : Ra’ berharakat sukun sebelum huruf isti’la qaf (ق)
· قِرْطَاسٌ : Ra’ berharakat sukun sebelum huruf isti’la tho’ (ط)
لَباِلْمِرْصَاد : Ra’ berharakat sukun sebelum huruf isti’la shod (ص)
2. Ra’ berharakat sukun, yang berada setelah hamzah washal berharakat kasrah (kasrah ‘aridh) dan berada dalam satu kata.
Contoh :
· اِرْتَابُوا
· اِرْجِعِي
· اِرْجِعُوا
· اِرْكَعُوا
3. Ra’ berharkat sukun dengan kasrah aridh (hamzah washal), yang didahului dengan huruf berharakat kasrah dari kalimat kalimat yang terpisah.
Contoh :
· أمِ ارْتَابُوا
· إنِ ارْتَابُوا
4. Ra’ berharakat sukun setelah fathah dan dhommah.
Contoh :
· الْقَمَرْ
· مُزْدَجَرْ
· سُعُرْ
· دُسُرْ
5. Ra’ berharakat sukun setelah huruf wau (و), alif (ا) atau tanda sukun yang didahului oleh fathah atau dhommah.
Contoh :
· مِنْ فُتُوْر
· الْقَدْر
· بِكُمُ الْيُسْر
· الْيَسْر
· مَعَ الْعُسْر
· الْاَنْهَار
III. Ra’ bisa dibaca tebal dan tipis, namun diutamakan dibaca tebal.
Syaratnya yaitu :
Ra’ berharakat sukun yang asalnya ra’ fathah, didahului oleh huruf isti’la, dan sebelum huruf isti’la huruf berharakat kasrah.
Contoh :
مِصْرَ : Ra’ sukun didahului oleh huruf isti’la shod (ص), yang selumnya terdapat huruf mim kasrah (م).
Dibaca tebal karena sebelumnya terdapat huruf isti’la, dan bisa dibaca tipis karena huruf isti’la berharakat sukun dan sebelumnya tanda kasrah. Namun lebih diutamakan dibaca tebal karena asalnya memang dibaca tebal.
IV. Ra’ bisa dibaca tipis dan tebal, namun diutamakan dibaca tipis.
Contoh :
فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ (Al Qamar : 30).
Pada contoh ayat di atas, Ra’ bisa dibaca tebal karena didahului dengan huruf fathah dan dhammah, namun diutamakan dibaca tipis, karena asalnya terdapat huruf yaa’ setelah ra’ (وَنُذُرِي) namun dihapus. Sehingga asalnya adalah dibaca tipis.
وَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ (As Saba’ : 12).
Pada contoh ayat di atas Ra’ dibaca tebal karena didahului dengan huruf isti’la tho’ (ط), dan bisa dibaca tipis karena didahului oleh huruf qaf (ق) kasrah sebelum huruf isti’la tho’(ط), dan diutamakan dibaca tipis karena huruf ra’ tersebut asalnya di kasrah bila washal (الْقِطْرِي).


Al Qomariah
Berasal dari kata al qamar (القمر) artinya : bulan.
Huruf-huruf hijaiyah yang diawali oleh alif dan lam (ال) dalam satu kata, dimana huruf alif dan lam (ال) tersebut tetap dibaca, maka dinamakan huruf al qamariah. Sebagaimana pengucapan al qamar (alif dan lamnya dibaca).
Huruf-huruf al qamariah sebagai berikut :
ba (ب), jim (ج), kha’ (ح), kho’ (خ), ‘ain (ع), ghain (غ), fa (ف), qof (ق), kaf (ك), mim (م), wau (و), ha (ه), hamzah (ء), ya (ي).
Contoh : عَلَيْهِمُ الْبَابَ الْجِنَّ وَاﻹِنْسِ
Asy Syamsiah
Berasal dari kata asy syams (الشمس) artinya : matahari,.
Huruf-huruf hijaiyah yang diawali oleh alif dan lam (ال) dalam satu kata, dimana huruf alif dan lam (ال) tersebut tidak dibaca, maka dinamakan huruf asy syamsiah. Sebagaimana pengucapan asy syams (alif dan lamnya tidak dibaca).
Huruf-huruf asy syamsiah sebagai berikut :
ta (ت), tsa (ث), dal (د), dzal (ذ), ra (ر), jai (ز), sa (س), sya (ش), shod (ص), dhod (ض), tho (ط), dho (ظ), lam (ل), nun (ن)
adalah seluruh huruf hijaiyah selain huruf-huruf al qamariah
Contoh :
· اِهْدِنَاالصِّرَاطَ
· الشَّيْطَانُ

HUKUM MIM SUKUN
Hukum mim sukun terbagi tiga, yaitu :
1. Al Idgham Al Mimi
2. Al Ikhfa’
3. Al Izhar
Berikut ini penjelasannya :
1. Al Idgham Al Mimi
Artinya : dimasukkan ke dalam huruf mim (م), maksudnya huruf mim (م) bertemu dengan huruf mim (م), yang mana huruf mim pertama dimasukkan ke dalam huruf mim yang kedua.
Huruf al idgham al mimi, hanya satu yaitu : mim (م)
Cara membacanya adalah : didengungkan dengan panjang dua (2) harakat.
Contoh :
· الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ : (Quraiys : 4)
· إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ : (Al Humazah : 8 )
· تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ : (Al Qadr : 4)
2. Al Ikhfa’
Artinya : Sembunyi, maksudnya bunyi hurufnya disembunyikan di bibir.
Kapan dinamakan al ikhfa’? Yaitu apabila ada mim sukun (مْ) bertemu dengan huruf al ikhfa’.
Huruf al ikhfa’, juga hanya ada satu yaitu : ba (ب)
Cara membacanya adalah : harus samar-samar di bibir, juga sembunyi-sembunyi antara huruf mim (م) dan ba (ب), dipanjangkan dua (2) harakat. Hampir sama dengan kaidah hukum iqlab, cuma saja di iqlab, keadaan bibir sedikit masih terbuka.
Contoh :
· تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ : (Al Fil : 4)
· إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ : (Al ‘Aadiyat : 11)
· أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَىٰ : (Al ‘Alaq : 14)
3. Al Izhar
Artinya : jelas dan nampak, maksudnya bila huruf mim bertemu dengan huruf-huruf izhar, maka harus dibaca jelas hurufnya, sebagaimana juga pada kaidah hukum izhar nun sukun.
Huruf al izhar, adalah semua huruf-huruf hijaiyah kecuali huruf mim (م) dan ba (ب)
Kapan dinamakan al izhar? Yaitu apabila mim sukun (مْ) bertemu dengan salah satu dari huruf al izhar
Cara membacanya adalah : harus jelas huruf mimnya dan jelas juga huruf al izharnya, sebagaimana jelasnya huruf izhar pada hukum nun sukun dan tanwin
Contoh :
· وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ : (Al Lahab : 4)
· فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ : (An Nasr : 3)
· وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ : (Al Kaafiruun : 3)
· لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ : (Al Kaafiruun : 6)



Hukum Al Idgham terbagi 4, yaitu :
1. Al Idgham bi Ghunnah dan bi la Ghunnah
2. Al Idgham Al Mutamatsilain
3. Al Idgham Al Mutajanisain
4. Al Idgham Al Mutaqaribain
Berikut ini penjelasan dari masing masing-masing hukum Al Idgham secara ringkas
1. Al Idgham bi Ghunnah dan bi la Ghunnah.
Akan dijelaskan secara terpisah pada pembahasan hukum nun sukun dan tanwin.
2. Al Idgham Al Mutamatsilain
Maksudnya adalah, apabila ada 2 huruf yang sama bertemu, dimana huruf yang pertama mati (disukun) dan huruf yang kedua huruf hidup (tidak disukun).
Arti Mutamatsilain, mutamatsilain berasal dari kata matsal, artinya sama. Sehingga al mutamatsilain artinya adalah dua yang sama
Cara membacanya, huruf pertama diidghom (dimasukkan) ke huruf setelahnya. Maksudnya, huruf pertama tidak dibaca, dan huruf kedua ditasydid tanpa mendengung/tanpa ghunnah.
Contoh :
إضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ (idzribbi’ashookal’hajara), disini huruf ba’ sukun (بْ) bertemu dengan huruf ba’ hidup (بِ)
3. Al Idgham Al Mutajanisain
Dinamakan al mutajanisain karena bertemunya dua huruf yang sejenis, bisa sejenis makhrajnya walaupun beda sifatnya, atau bisa juga sejenis sifatnya dan beda makhrajnya.
Hal ini terjadi bila ada 7 pasangan huruf dibawah ini bertemu, yaitu :
· ذ ketemu dengan ت, contoh : قَدْ تَبَيَّنَ (qattabayyana)
· ت ketemu dengan د, contoh : أثْقَلَتْ دَعَوَاللّه (atsqaladdawallaah)
· ذ ketemu dengan ظ, contoh : إذْظَلَمْتُمْ (idzdzolamtum)
· ت ketemu dengan ط, contoh : هَمَّتْ طَائِفَة (hammaththoo ifah)
· ث ketemu dengan ذ, contoh : يَلْهَثْ ذَالِكَ (yalhadzdzaalika)
· ب ketemu dengan م, contoh : إرْكَبْ مَعَنَا (irkamma’anaa)
· ط ketemu dengan ت, contoh : أحَطْتُ، بَسَطْتَ (a’hattu, basatta)
Cara bacanya adalah, huruf pertama diidghom (dimasukkan) ke huruf kedua, yakni huruf pertama tidak dibaca dan tidak didengungkan, kecuali bila huruf ba’ (ب) bertemu mim (م), harus didengungkan.
Juga bila huruf tho’ (ط) bertemu huruf ta’ (ت), maka huruf tho’ (ط)nya dihilangkan dan tidak dibaca dengan qalqalah.
4. Al Idghom Al Mutaqaribain
Dinamakan al mutaqaribain bila dua huruf yang hampir sama sifat dan makhrajnya bertemu.
Contoh :
· ق ketemu dengan ك, contoh : ألَمْ نَخْلُقْكُمْ (alam nakhlukkum)
· ل ketemu dengan ر, contoh : وَقُلْرَبِّي (waqurrabbiiy)
Cara membacanya : huruf pertama diidghom (dimasukkan) pada huruf kedua, yakni huruf pertama tidak dibaca.



InsyaAllah pada panduan ini, kami akan membahas tentang hukum mad, atau huruf dalam al-Qur’an yang dibaca panjang. Sesungguhnya kaidah tajwid adalah sebuah disiplin ilmu yang ditemukan berdasarkan ijtihad penemunya, yang terpenting disini adalah bagaimana membaca Al-Qur’an sebagaimana Nabi membaca Al-Qur’an. Adanya perbedaan macam-macam hukum seperti dalam masalah hukum mad bukanlah sesuatu yang prinsipil, asalkan masing-masing ada rujukannya.
Berikut hukum-hukum mad yang penulisnya cukupkan ke dalam 9 macam :
1. Mad Tabi’i
2. Mad ‘Iwad
3. Mad Badal
4. Mad Shilah
5. Mad Wajib Muttasil
6. Mad Jaiz Munfasil
7. Mad Liin
8. Mad ‘Aridh li as-Sukun
9. Mad Lazim
Sebelum penjelasan dari masing-masing hukum mad di atas, kami ingin menyampaikan penegasan yang di sampaikan oleh penulis tentang panjang harakat, atau ketentuan berapa panjang mad tersebut.
Berikut kata penulis, sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan bahwa ilmu tajwid bersumber dari dua matan yang disepakati secara ijma’ ulama, dari kitab mu’tamad yang mensyarah (menjelaskan) dua matan tersebut sepanjang pemahaman penulis, dengan membaca ataupun talaqqi (belajar langsung) dari masyaikh (guru-guru) mu’tabar (diakui keilmuannya), bahwa hanya ada tiga konsep mad dari sisi panjang pendeknya. Yaitu : Dua harakat (Al-Qashar), empat harakat (Al-Tawasuth) dan enam harakat (Al-Mad/Al-Isyba’).
Penjelasan ini secara langsung membatalkan adanya ungkapan yang mengatakan ada sebuah lafazh yang bisa dibaca 2 sampai 6 harakat.
Huruf-huruf mad ada tiga, yaitu Alif (ا), Wau (و), dan Yaa’ (ي). Inilah huruf-huruf mad yang selalu akan diperlukan disaat membahas tentang hukum-hukum mad ini.
1. Mad Tabi’i
Secara bahasa yang dimaksud dengan mad tabi’i adalah mad biasa, dari sinilah berasal kata tabiat atau kebiasaan.
Dinamakan mad tabi’i bila salah satu diantara huruf mad (ا, و, ي) ini didahului dengan huruf hidup apakah fathah, kasrah, atau dhammah. Masing-masing huruf hidup ini harus berpasangan, dengan kata lain Alif didahului dengah huruf fathah, wau didahului dengan huruf dhammah, dan yaa’ didahului dengan huruf kasrah, kemudian setelah huruf mad harus ada huruf hidup (bukan sukun)
Contoh :
· قَالَ : Alif yang bersambung dengan qof sebelumnya didahului oleh fathah
· قِيلَ : Yaa‘ yang bersambung dengan huruf qof, sebelumnya didahului oleh kasrah
· يَقُولُ : Wau yang bersambung dengan huruf qof, sebelumnya didahului oleh dhammah
2. Mad ‘Iwad
Arti ‘Iwad : Pengganti
Yang dimaksud dengan mad ‘iwad adalah mad pengganti (mad pengganti fathah tanwin/fathatain), yakni dibaca panjang bila waqaf (saat berhenti) menggantikan fathatain.
Dengan demikian syarat mad ‘iwad adalah harus berhenti pada akhir kata fathatain, lebih jelasnya : bila kata yang berakhiran fathatain diwashal (disambung) dengan huruf setelahnya maka dibaca / berbunyi tanwin, namun bila diwaqafkan (berhenti) maka tanwinnya dihilangkan dan dibaca panjang (mad).
Contoh :
· وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا بَصِيرًا : bila kita membacanya ingin berhenti (waqaf) di kalimat سَمِيعًا maka fathatainnya dihilangkan dan dibaca panjang (mad ‘iwad), namun bila disambung (washal) maka bukan termasuk mad ‘iwad.
· Begitu juga bila kita ingin berhenti di بَصِيرًا maka termasuk mad ‘iwad, cara membacanya dengan menghilangkan fathatain dan dibaca panjang.
3. Mad Badal
Arti Badal : Pengganti
Yang dimaksud pengganti disini adalah pengganti huruf hamzah (ء), artinya dibaca panjang karena menggantikan huruf hamzah (ء).
Syarat mad badal adalah apabila ada salah satu dari huruf mad, yaitu Alif (ا), Wau (و), dan Yaa’ (ي), didahului dengan huruf hamzah.
Catatan : Dikatakan mad badal bila huruf mad tersebut didahului oleh tanda harakat yang serasi, atau alif didahului oleh hamzah yang berharakat fathah (ءَ), wau didahului dengan hamzah berharakat dhammah (أُ), dan yaa’ didahului dengan hamzah berharakat kasrah (إ).
Contoh :
· ءَامَنَ : untuk mad yang sebelumnya fathah
· أُوْتُوْ : untuk mad yang sebelumnya dhommah
· إِيْمَانَ : untuk mad yang sebelumnya kasrah
4. Mad Shilah
Arti Shilah : Hubungan
Berarti dikatakan mad shilah berhubungan dengan yang lain/ dengan kata yang lain.
Mad shilah terdiri dari dua macam, yaitu :
· Mad shilah qashirah, artinya mad shilah yang dibaca pendek (panjang 2 harakat)
· Mad shilah thawilah, artinya mad shilah yang dibaca panjang empat harakat, berdasarkan riwayat Hafsh an Ashim dari riwayat As-Syatibi
Kapan dinamakan mad shilah qashirah dan kapan mad shilah thawilah?
Dinamakan mad shilah qashirah bila ada dhomir (kata ganti dalam bahasa Arab) ‘haa(ه)’, baik yang berharakat dhammah atau kasrah bertemu dengan huruf berharakat selain huruf hamzah, dalam dua kalimat. Maksudnya, adalah huruf ‘haa‘ yang terletak diakhir kalimat bertemu dengan huruf lain selain hamzah di awal kalimat berikutnya.
Contoh :
· لَهُ فِيْهَا : terdiri dari kata لَهُ dan فِيْهَا, maka huruf dhomir ‘haa‘ pada kata لَهُ dibaca pendek (panjang 2 harakat)
Dinamakan mad shilah thawilah bila huruf dhomir ‘haa‘ bertemu dengan huruf hamzah
Contoh :
· مَالَهُ أَخْلَدَهُ : disini kata لَهُ bertemu dengan أ, maka huruf dhomir ‘haa‘ pada kata لَهُ dibaca panjang 4 harakat.
Catatan :
Sebelum huruf dhomir ‘haa‘ harakatnya tidak boleh sukun.
Namun ada 2 pengecualian :
· Pada surat Al-Furqan ayat 69 akhir : فِيْهِ مُهَانًا , yang didahului huruf berharakat sukun sebelum dhomir, yakni pada kata فِيْهِ , maka huruf dhomir ‘haa‘ dibaca panjang (2 harakat).
· Pada surat Az-Zumar ayat 7 : وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ , perhatikan kata يَرْضَهُ yang didahului huruf berharakat bukan sukun, tetapi cara bacanya adalah tidak panjang.
5. Mad Wajib Muttasil
InsyaAllah bersambung pada hari Kamis pekan depan…alhamdulillah disini.


Dibaca dengan qalqalah maksudnya adalah, dibaca dengan digemakan.
Huruf-huruf qalqalah yaitu : ba’ (ب), jim (ج), dal (د), tho’ (ط), qaf (ق). (untuk memudahkan mengingatnya : baju ditoko).
Qalqalah yang tanda harakat sebelumnya kasrah dibaca/digemakan agak tipis dan qalqalah yang tanda harakat sebelumnya fathah dibaca/digemakan agak tebal.
Qalqalah yang bertaysdid, cara bacanya dengan sedikit ditekan huruf qalqalahnya kemudian digemakan, adapun qalqalah yang tidak bertaysdid langsung digemakan tanpa jarak sela.
Contoh :
· إِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (Al Alaq :1) = Perhatikan kalimat (إِقْرَأْ) huruf qalqalah qaf (ق) didahului tanda harakat kasroh, sehingga dibaca agak tipis gemanya. ( إِقْرَأْ : iqra’, dengan huruf qaf (ق) digemakan tipis).
· Masih pada contoh ayat di atas, perhatikan kalimat (خَلَقَ) huruf qalqalah qaf (ق) didahului tanda harakat fathah, sehingga dibaca tebal gemanya. (خَلَقَ : kholaq’, dengan huruf qof (ق) di gemakan tebal)
· تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (Al Lahab : 1) = Perhatikan pada kalimat (وَتَبَّ) –bila berhenti pada kalimat tersebut– huruf qalqalah ba’ (ب) bertanda tasydid, sehingga digemakan setelah ditekan huruf qalqalahnya (وَتَبَّ : watab b’, ada jarak antara menyebut huruf ba’ (ب) dengan bunyi gema)
· مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ (Al Lahab : 2) = Perhatikan pada kalimat (كَسَبَ) –bila berhenti pada kalimat tersebut– maka huruf qalqalah ba’ (ب) digemakan langsung tanpa jarak sela. (كَسَبَ : kasab’)


Isti’adzah
Adalah wajib hukumnya membaca Isti’adzah setiap ingin membaca Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah Ta’ala :
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (An-Nahl : 98)
Berikut metode membacanya yang diperbolehkan :
1. a’uudzubillaahi minasy-syaithoonirrajiiym
2. a’uudzubillaahis samiiy’il ‘aliiym minasy-syaithoonirrajiiym
3. a’uudzubillahi minasy-syaithoon
Basmallah
Hukum membaca Basmallah di awal surat adalah wajib, terkecuali awal surat At-Taubah. Bila membaca Al-Qur’an dari pertengahan surat atau di awal juz maka boleh membaca dan boleh tidak.
Isti’adzah, Basmallah dan Awal Surat
Cara membacanya ada 4 pilihan yang diperbolehkan :
1. Berhenti (waqaf) setelah isti’adzah (sebelum basmillah), dan berhenti setelah basmallah sebelum awal surat.
2. Menyambung (washal) isti’adzah dengan basmallah dan menyambung dengan awal surat.
3. Berhenti setelah isti’adzah sebelum basmallah, dan menyambung langsung basmallah dengan awal surat.
4. Bila membaca bukan dari awal surat, maka ada dua cara :
a. Memisahkan (waqaf) isti’adzah dengan awal ayat.
b. Menyambung (washal) isti’adzah dengan awal ayat.
Dan 1 pilihan yang tidak diperbolehkan, yaitu menyambung isti’adzah dengan basmallah, dan berhenti setelah basmallah sebelum awal surat.
Sedang berkenaan dengan Surat At-Taubah, metodenya adalah :
1. Bila menyambung akhir surat dengan surat At-Taubah, ada 3 cara :
1. Langsung menyambung tanpa berhenti
2. Saktah (berhenti tanpa napas)
3. Waqaf (berhenti) dengan napas lega tanpa basmallah
2. Bila membaca dari awal surat At-Taubah, ada 2 cara :
1. Washal (disambung) isti’adzah dengan awal surat
2. Waqaf dengan nafas yang lega antara isti’adzah dengan awal surat